Mantis.news.com_Dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-55 tahun 2025, MAN 3 Sukabumi berpartisipasi untuk turut menyukseskan Gerakan Penanaman Satu Juta Pohon Matoa melalui kampanye Madrasah Go Gren. Gerakan ini merupakanimplementasi Asta Protas Kemenag yaitu Penguatan Ekoteologi. Melalui gerakan ini diharapkan warga madrasah baik guru maupun siswa turut serta dan sadar menjaga, merawat, dan melestarikan lingkungan. Sasaran pohon yang menjadi objek pelestarian lingkungan adalah pohon matoa dan pohon produktif lainnya. Kebermanfaatan secara ekologis dan ekonomis lah yang dijadikan alasan pemilihan pohon matoa untuk pelestarian di Hari Bumi tahun ini. Matoa termasuk tumbuhan berjenis rambutan. “Budidaya pohon matoa ini bukan hal baru bagi saya, sejak 15 tahun lalu saya memiliki tumbuhan matoa ini di halaman belakang rumah. Jenis matoa yang saya miliki di kebun adalah Matoa dengan warna kulitnya yang hijau. Jika sudah berbuah ranum, matoa ini banyak digemari anak-anak dan tetangga sekitar rumah karena buahnya yang enak. Ada tiga perpaduan rasa yang menyatu dalam buah matoa ini yaitu rasa buah kelengkeng, nangka, dan duren. Memang jika dilihat dari proses pertumbuhan, matoa ini tergolong pada tumbuhan yang harus dilakukan perawatan secara intens, bisa dikatakan matoa ini adalah tumbuhan yang mudah punah jika perawatannya tidak bagus,” demikian penjelasan Drs. Asep Wahyu, M.M. selaku wakamad Sarana dan Prasarana. Beliau lanjut menambahkan bahwa pohon dan buah matoa ini tentunya memiliki dua manfaat besar yaitu secara ekologis dan ekonomis. Secara ekologis pohon matoa yang sudah tumbuh besar dapat dijadikan sebagai pohon perindang taman yang juga dapat meningkatakan kualitas udara yang baik. Secara ekonomis, di pasaran buah matoa ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi yaitu di kisaran harga Rp60.000,00 per kg nya. Oleh karenanya tidak salah pilih, jika di Hari Bumi tahun 2025 ini pemerintah khususnya Kementerian Agama memilih pohon matoa sebagai ikon peringatan. Pohon matoa membutuhkan waktu sekitar 3-3,5 tahun sejak ditanam sampai dipetik buahnya. Wakamad sarpras sudah sejak lama menanam pohon matoa ini di kebun belakang asrama madrasah. Saat ini pohon yang sudah tumbuh subur dan baik ini sudah berusia 1 tahun. Para siswa diajak untuk melihat lebih dekat bagaimana pohon matoa yang sudah tumbuh besar tersebut. Siswa yang dilibatkan dalam kegiatan ini merupakan perwakilan kelas sebagai kader Adiwiyata kelas X dan XI. Mereka sangat berantusias mengikuti kegiatan yang berharga ini.
(Siswa diperlihatkan pohon matoa yang sudah tumbuh 1 tahun, di kebun asrama madrasah)
Sasaran penanaman pohon matoa ini adalah di halaman madrasah sejumlah 2 buah kemudian di kebun madrasah sejumlah 3 buah pohon ditambah penanaman pohon produktif lainnya. Dalam sambutannya, kepala Madarash Pahirudin, S.Ag.,M.M. membuka wawasan dan kesadaran para siswa dan guru agar terus melakukan upaya pelestarian lingkungan dengan melakukan penghijauan di lingkungan sekitar.
“Kita adalah sumber daya berkelanjutan yang berkewajiban dan bertanggung jawab dalam pelestarian alam ini. Terus menerus dan selamanya. Bukan pada saat peringatan hari Bumi saja, tanggung jawab kita adalah berkelanjutan memelihara alam. Menanam pohon berarti kita menanam kehidupan. Mewariskan kehidupan kepada keturunan kita di masa depan”, itulah yang diamanatkan oleh kepala madrasah sebelum akhirnya kegiatan tersebut dijalankan. Melalui kegiatan ini diharapkan seluruh warga madrasah tergerak lebih mendalam akan pentingnya pelestarian alam. Mudah-mudahan pohon pohon matoa yang sudah ditanam di lingkungan madrasah dapat tumbuh subur dan menghasilkan dua kebermanfaatan yaitu bermanfaat secara ekologis dan ekonomis.
(Dokumentasi Humas MAN 3 Sukabumi)
Beri Komentar